Penyewa 6 Bulan Tak Bayar Sewa dan Tak Nak Keluar, Fahami Hukumnya Dan Ini Tindakan Yang Sepatutnya Diambil..

Gambar Hiasan
Sebagai pemilik kediaman atau premis yang disewakan, memang banyak yang menghadapi masalah seperti ini.

Penyewa lambat bayar, penyewa enggan keluar sudahnya ia menjadi beban kepada pemilik untuk menanggung masalah kerana tidak tahu langkah yang sepatutnya diambil jika berhadapan dengan keadaan demikian.

Namun, artikel yang ditulis oleh saudara Salkukhairi ini mungkin dapat membantu bagi yang menghadapi masalah yang sama.


PENYEWA DAH 6 BULAN TAK BAYAR SEWA DAN TAK NAK KELUAR. APA YANG PATUT DILAKUKAN?

Saya fikir ramai yang mengalami keadaan macam ni:

"Saya ada sewakan rumah saya kepada penyewa. Tetapi penyewa dah 6 bulan tak bayar sewa. Saya dah mintak penyewa keluar daripada rumah sewa, tetapi dia enggan keluar. Apakah tindakan yang patut saya lakukan?"

Ramai yang memberi pandangan dan cadangan untuk selesaikan masalah tersebut mengikut pengalaman masing-masing.

Ada yang mencadangkan buat report polis, potong bekalan elektrik dan air, tukar mangga pagar, tampal iklan rumah akan dijual, lantik kontraktor buat renovation rumah dan macam macam lagi.
Bahkan ada juga yang mencadangkan guna samseng dan ilmu hitam untuk keluarkan penyewa. Astaghfirullah.

Tahukah anda, cara-cara tersebut walaupun secara kebetulannya mungkin berkesan dalam sesetengah keadaan, tetapi ianya bukanlah jalan penyelesaian yang ditetapkan oleh undang undang.

Report polis misalnya bukanlah cara yang tepat untuk selesaikan masalah tunggakan sewa. Ini kerana urusan sewaan adalah transaksi kontrak antara owner dan penyewa. Jadi tindakan yang boleh diambil hanyalah melalui tindakan sivil. Melainkan wujudnya elemen jenayah dilakukan oleh penyewa tersebut terhadap owner seperti ada ugutan jenayah, atau cubaan mencederakan owner dan sebagainya.

Cara yang sepatutnya dilakukan mengikut undang-undang adalah seperti berikut:

1. Lantik peguam sivil.

2. Peguam akan hantar notis tuntutan tunggakan sewaan terhadap penyewa. Penyewa diberi masa 7 hari untuk menjelaskan bayaran sewaan yang tertunggak.

3. Jika penyewa masih enggan bayar tunggakan sewaan, peguam akan hantar notis penamatan sewaan dan notis pengosongan premis kepada penyewa.

3. Jika penyewa enggan mengosongkan premis sewaan, peguam akan failkan saman terhadap penyewa.

4. Setelah dapat penghakiman daripada Mahkamah, peguam akan failkan permohonan Writ of Distress.

5. Setelah perintah Writ of Distress diperolehi daripada Mahkamah, owner dan peguam akan pergi dengan bailiff (wakil mahkamah) diiringi dengan polis ke premis sewaan tersebut untuk mengarahkan penyewa mengosongkan premis tersebut. Dan barang-barang milik penyewa akan disita dan dilelong oleh Mahkamah untuk menampung segala tunggakan sewa dan kos-kos yang berkaitan.

Maka, jika ingin selamat, gunakanlah pendekatan perundangan, bukannya mengikut emosi dan kemarahan semata-mata. Tindakan berdiam diri dan bersabar lebih lama juga hanya akan memburukkan lagi keadaan. Jadi bertindaklah sekarang mengikut peruntukan undang-undang.

Kredit: Salkukhairi Abd Sukor 

Hukum Sewa Menyewa

BEBERAPA HUKUM DALAM SEWA-MENYEWA
Setiap bentuk akad yang dibenarkan dalam syari’at pastilah memiliki konsekuensi hukum yang berbeda-beda, tanpa terkecuali akad sewa-menyewa. Karena itu, sudah sepantasnya Anda mengenali hukum-hukum tersebut, agar Anda tidak mencapuradukkan antara satu akad dengan yang lainnya. Berikut beberapa hukum yang berlaku dalam akad sewa-menyewa:
Hukum Pertama: Akad Sewa Akad Yang Mengikat
Diantara konsekuensi hukum yang harus Anda ingat selalu dalam akad sewa-menyewa ialah yang berkaitan dengan karakternya. Ulama ahli fiqih telah menjelaskan bahwa akad sewa bersifat mengikat kedua belah pihak. Dengan demikian, kedua pihak tidak dapat secara sepihak membatalkan akad sewa tanpa restu dari pihak kedua.
Ibnu Qudamah rahimahullah menegaskan hal ini dengan berkata, “Akad sewa-menyewa adalah akad yang bersifat mengikat kedua belah pihak. Dengan demikian tidak dibenarkan bagi keduanya untuk membatalkannya (kecuali atas izin pihak kedua). Demikian ditegaskan dalam madzhab Imam Malik, Syafi’I, dan Hanafi. Hal itu dikarenakan akad sewa-menyewa adalah salah satu bentuk akad tukar-menukar harta, sehingga sepantasnya bersifat mengikat kedua belah pihak, layaknya akad jual beli. Bahkan sejatinya akad sewa-menyewa adalah salah satu model dari akad jual beli.” [al-Mughni oleh Ibnu Qudamah 6/24]
Hukum kedua: Kepemilikan Uang Sewa Dan Hak Guna Barang
Sebagai kelanjutan logis dari hukum pertama adalah kepemilikan pemilik barang atas “uang sewa”. Dengan tercapainya kesepakatan akad sewa-menyewa antara kedua belah pihak dan selanjutnya keduanya melangsungkan akad, maka secara otomatis pemilik barang berhak menerima dan memiliki uang sewa.
Hukum ini berlaku dan tidak dapat berubah, walaupun di kemudian waktu penyewa dengan segaja atau tidak menelantarkan barang yang telah ia sewa dan tidak memanfaatkannya.
Sebaliknya, penyewa berhak memiliki hak guna barang yang telah ia sewa, selama waktu yang telah disepakati.
Ibnu Qudamah al-Hambali rahimahullah berkata, “Akad sewa adalah akad yang mengikat, sehingga konsekuensinya pemilik barang berhak memiliki uang sewa dan penyewa memiliki kegunaan barang sewa. Dengan demikian, bila penyewa secara sepihak menelantarkan barang sewaannya sebelum masa sewa berakhir, maka akad sewa tetap sah dan tidak gugur. Sebagaimana uang sewa tetap menjadi milik pemilik barang, dan kegunaan barang pun tetap milik pemilik penyewa. Hukum ini sama halnya dengan orang yang membeli suatu barang dan ia telah menerimanya, namun kemudian ia tidak memanfaatkan barang pembeliannya.” [al-Mughni oleh Ibnu Qudamah 6/25]
Hukum Ketiga: Pemanfaatan Barang Sewa
Telah dijelaskan di muka bahwa akad sewa-menyewa sejatinya adalah akad jual beli kegunaan suatu barang dalam tempo waktu tertentu. Karena penyewa secara sah telah memiliki manfaat barang, ia berhak memanfaatkan kegunaan barang sewaannya. Dan dalam pemanfaatannya ia berwenang untuk memanfaatkannya secara langsung atau melalui wakilnya atau bahkan kembali menyewakannya kepada orang lain.
Hukum ini berlaku selama cara pemanfaatan yang dilakukan oleh orang yang mewakilinya atau orang lain yang menyewanya kembali serupa dengan cara pemanfaatan penyewa pertama. Ini semua sebagai bagian dari konsekuensi kepemilikan penyewa atas kegunaan barang sewaannya. Demikianlah yang dijelaskan oleh para ahli fiqih dari berbagai madzhab. [Baca al-Mughni oleh Ibnu Qudamah 6/58 dan Mughnil Muhtaj 2/334]
Hukum Keempat: Kerusakan Ditanggung Pemilik Barang
Pepatah yang menyatakan “tiada gading yang tak retak” berlaku dalam segala aspek kehidupan manusia, tanpa terkecuali pada barang yang menjadi objek akad sewa-menyewa mereka. Karena itu, ketika menjalin akad sewa-menyewa biasanya Anda memeriksa keutuhan barang sewaan Anda. Anda melakukan hal itu karena Anda khawatir bila di kemudian hari terbukti bahwa barang sewaan Anda cacat, sehingga tidak dapat Anda gunakan sebagaimana mestinya.
Walau demikian, tetap saja kerusakan dan cacat terjadi pada barang sewaan Anda. Dan bila benar-benar terjadi, maka kerusakan dan cacat menjadi tanggung jawab pemilik barang. Dengan demikian, Anda tidak dirugikan karena terhalang dari memanfaatkan barang sewaaan Anda.
Ketentuan ini berlaku selama kerusakan atau cacat terjadi tanpa ada keteledoran atau kesalahan yang Anda (penyewa) lakukan. Akan tetapi, bila kerusakan terjadi karena kesalahan Anda dalam menggunakan barang, maka Anda wajib menanggung kerugiannya. Imam asy-Syairazi asy-Syafi’i berkata, “Bila barang sewaan rusak pada masa digunakan oleh penyewa tanpa ada kesalahan darinya, maka penyewa tidak wajib menggantinya. Yang demikian itu karena penyewa menggunakan barang sewaan dalam rangka mendapatkan hak guna yang telah ia miliki. Sebagai konsekuensinya ia tidak wajib mengganti kerusakan tersebut, bagaikan seorang wanita yang meninggal dunia ketika sedang melayani suaminya.” [al-Muhadzadzab oleh asy-Syairazi 1/408]
Hukum Kelima: Kesepakatan Masa Sewa
Diantara poin utama yang membedakan akad sewa dari akad jual beli ialah adanya lpembatasan masa. Pada akad jual beli, pembeli mimiliki hak selama-lamanya untuk memanfaatkan barang yang telah ia beli. Namun, pada akad sewa, penyewa hanya memiliki hak guna sebatas waktu yang disepakati. Karena itu, kesepakatan tentang masa sewa sangatlah penting bagi kedua belah pihak. Adanya kesepakatan ini masa sewa ini mencegah terjadinya sengketa antara penyewa dan pemilik barang.

1 Response to "Penyewa 6 Bulan Tak Bayar Sewa dan Tak Nak Keluar, Fahami Hukumnya Dan Ini Tindakan Yang Sepatutnya Diambil.."

  1. Nak upah Peguam pun dlm kes ni silap2 perlu 5k~6k. Itu tak masuk lagi keadaan dlm rumah entah mcm mana rupa dan keadaan nya selepas Penyewa Degil/Buat2 Degil baru terhegeh2 nak kluar rumah. Kesudahan nya Wal Hasil Balik Asal lah Rumah Tuan Rumah ni.

    ReplyDelete

Insurance Infomation